Pengalaman Berbisnis Saat Menjadi Mahasiswa
Semenjak
saya sebagai mahasiswa program studi bisnis dan kewirausahaan, mindset saya
tentang cita-cita awal saya untuk menjadi wanita karir perlahan berubah menjadi
wanita pebisnis. Karena banyak cerita sukses pebisnis dari banyak nya seminar
bisnis yang saya ikuti yang menjadi motivasi saya. Sedikit pengalaman bisnis
yang pernah saya lakukan. Dari yang menjadi reseller hingga akhirnya beralih
peruntungan, mencoba menjadi produsen.
Saya
mulai mencoba bisnis kecil-kecilan, dengan tanpa modal namun bisa menghasilkan
keuntungan. Saya mencoba membuat oline shop lewat media social dengan system
reseller atau dropship. Untuk menjadi reseller suatu olshop haruslah terlebih dahulu kita melakukan riset terhadap online shop
yang merekruitmen para reseller tersebut. Apakah bereputasi baik terjamin dan
meyakinkan? Sebelum masuk sebagai reseller online shop X, saya telah beberapa
kali melakukan order dan merasakan
menjadi pembeli untuk lebih memastikan kepercayaan saya terhadap online shop X. Saya pun mendirikan online shop yang bernama
MyShoe_style, saya menjual berbagai merk tas dan sepatu kembali yang dijual
online shop X tersebut, namun tidak terlalu banyak pembelinya, dalam satu bulan
hanya ada dalam hitungan jari. Walaupun sebenarnya keuntungan yang didapat untuk
1 produk cukup menggiurkan karena jika penjualan semakin sedikit pun sebagai
reseller tidak dirugikan hanya keuntunganya
yang menipis. Karena prospeknya yang tidak menjamin saya pun beralih mendirikan
bisnis yang ramai dipasaran yaitu hijab isntan.
Mengapa memilih bisnis
tersebut? Bisnis ini awalnya terbesit dipikiran saya karena adanya suatu
program dana bergulir dari kampus untuk menciptakan suatu produk yang laku
dipasaran dengan memberikan pinjaman modal awal kepada mahasiswa/i dalam
melakukan kegiatan kewirausahaan UKM tersebut dibawah pembinaan. Dengan
membentuk kelompok yang satu tujuan dan pendapat dengan saya, kami sepakat
untuk memproduksi hijab instan. Dengan melihat trend fashion yang tidak pernah
berhenti dan kebutuhan konsumen akan hal yag mudah serta praktis ditambah
dengan sentuhan inovasi, kreatif kami percaya bahwa ide bisnis ini akan
disambut baik oleh konsumen. Kegiatan ini bukan sekedar untuk menjalankan tugas
dari kampus namun juga karena keinginan dan mimpi kami dalam berwirausaha.
Sampai akhirnya rintangan datang, kampus sebagai pihak investor bagi kami
membubarkan kelompok kami, ternyata kelompok saya dipecahkan ke berbagai
kelompok lainnya karena kampus kekurangan dana hingga ada satu kelompok yang
harus dikorbankan. Namun tekat kami sudah bulat untuk menciptakan produk
tersebut dan konsepnya pun sudah matang dengan berbagai persiapan sebelumnya,
akan sayang sekali jika tidak dijalankan ide bisnis bersama ini. Rintangan
tersebut bukanlah suatu halangan bagi kami, kami SEPAKAT UNTUK SEMANGAT
menjalankan ide bisnis yang kami rencanakan walaupun tanpa dana alokasi modal
yang diberikan. Akhirnya kami menjalankan usaha ini dengan modal yang
dikeluarkan masing-masing anggota, hal ini justru memberi semangat dan tanggung
jawab lebih untuk tekun dan serius dalam menjalankan usaha ini agar memiliki
prospek yang panjang. Untuk memiliki prospek yang panjang kami harus tampil
berinovasi agar mampu bersaing sehingga kami memproduksi hijab yang lain dari
pada yang lain dan membuat merk hijab yang mudah diingat banyak orang. GUNAI
HIJAB itulah nama hijab kita produksi dengan modal kekinian, praktis, nyaman
dan murah.
Proses produksi hingga jual
beli sangat diluar dugaan kami, itulah dalam berbisnis selalu ada cerita
mengesankan yang memiliki hikmah dan pelajaran tersendiri. Sebelum produksi
kami melihat pasar untuk mengetahui bahan dengan kualitas terbaik dan nyaman
hingga kami menentukan jasa jahit mana yang menjadi tempat produksi yang sesuai
harga, kualitas dan efisiensi untuk menjangkau lokasinya. Dalam proses produksi
kami melakukan kesalahan karena melewatkan tahap awal yang sebenarnya paling
penting yaitu konsultasi model hijab dan bahan yang dibutuhkan dengan penjahit
kami. Karena dalam bisnis semua penuh perhitungan agar efisiensi biaya dapat
tercapai. Alhasil beberapa bahan terbuang percuma karena untuk membuat hijab
instan bahan untuk satu model dengan yang lain berbeda – beda. Setelah semua
model GUNAI HIJAB telah selesai produksi, kami mempromosikan dan memperkenalkan
produk kami ke berbagai media social yaitu Instagram, WhatsApp dan Facebook.
Proses jual beli yang terjadi ternyata lebih efektif dengan Direct Marketing, yaitu dengan face to face kita menawarkan kepada
konsumen. Sebelum kami menawarkan ke pasaran (marketplace) kita tidak menduga reaksi pasar yang sangat baik,
Allhamdulilah produksi pertama kita habis terjual dalam 1 mingguan.
Salah satu model hijab segi 4 instan, best seller dari Gunai Hijab
Untuk produksi pertama Dengan jumlah modal yang di
kumpulkan Rp 800.000, untuk produksi pertama total biaya yang di akui (Akrual Basic) sebesar Rp 563.000 kami
mendapatkan omset Rp 765.000. Kami tidak mengambil untung teralalu banyak yang
terpenting adalah mencari pelanggan agar cepat terjual sehingga walaupun
keuntungan sekali produksi sedikit, namun dapat berkali lipat jika perputaran
uang modalnya cepat kembali. Bayangkan jika satu bulan bisa memproduksi 4
sampai 5 kali keuntungan yang didapat dalam setiap produksi jika diakumulasi satu bulan laba bersih yang didapat akan semakin besar
Produksi kedua GUNAI HIJAB akan diperbanyak dengan menambah model baru, yaitu model pashmina oleh karena
itu agar lebih cepat terjual dan menarik serta meningkatkan kepercayaan consumer, kami membuat official account
di Tokopedia dan Shopee. Semakin meluasnya market place diharapkan lebih
menjangkau peminat dan pengguna hijab instan di seluruh daerah di Indonesia.